Yayasan Semangat Bina Ukhwah gelar Seni Bertutur Hikayat Aceh
News.acehcc.com – Pidie (13/9/2024)
Bunda Literasi Pidie, Saptati Rengganis, S.P., secara resmi membuka acara “Seni Bertutur Hikayat Aceh”, di Aula Hotel Cempaka Inn Syariah kabupaten Pidie, Jum’at (13/9/2024). Kegiatan ini bagian dari rangkaian kegiatan Komunitas Sastra Semangat Bina Ukhwah yang digelar Yayasan Semangat Bina Ukhwah bekerja sama dengan Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud Ristek RI.
Informasi yang redaksi terima dari Ketua Komunitas Sastra dan penggerak utama acara tersebut, Rahmad Rizki, S.Kom, MT bahwa kegiatan bertujuan menghidupkan kembali tradisi sastra Aceh yang sarat nilai dan kearifan lokal.
“Ya, gelaran acara ini dimaksudkan untuk menghidupkan kembali sastra Aceh melalui keterlibatan generasi muda”. “Kami ingin mendorong generasi muda untuk menjadi penerus tradisi sastra Aceh dan menciptakan karya sastra yang relevan dengan perkembangan zaman,” jelas Rahmad Rizki.
Sebagai contoh konkret, ia menyoroti kearifan lokal “Smong”—syair petuah yang menyelamatkan warga Simeulue dari tsunami Aceh pada 2004. “Smong adalah bagian dari kearifan lokal yang diturunkan melalui nafi-nafi, yaitu cerita yang mengandung nasihat kehidupan,” jelasnya. Cerita ini menjadi bukti bagaimana sastra bisa menjadi pengetahuan yang menyelamatkan jiwa.
Sebanyak 60 peserta ikut berpartisipasi dalam gelaran tersebut, dari kalangan pelajar SMA, SMK, dan Madrasah Aliyah di wilayah Kabupaten Pidie. Kehadiran generasi muda ini menunjukkan antusiasme mereka dalam belajar dan memperdalam Hikayat Aceh yang hampir punah namun tetap penting bagi identitas budaya Aceh, tambah Rahmad.
Foto: Bunda Literasi Pidie Pidie, Saptati Rengganis, S.P., membuka acara “Seni Bertutur Hikayat Aceh” (Jum’at 13/9/2024)
Dalam sambutannya, Bunda Literasi Pidie, yang juga merupakan Isteri Bupati Pidie ini, menekankan pentingnya melestarikan hikayat Aceh sebagai warisan budaya yang tak ternilai.
“Hikayat Aceh adalah harta budaya yang sarat dengan sejarah dan nilai-nilai moral. Dengan melestarikan seni bertutur hikayat, kita tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas kita sebagai masyarakat Aceh,” ujar Saptati.
Acara “Seni Bertutur Hikayat Aceh” menurut Saptati, tidak hanya menjadi langkah penting dalam pelestarian budaya Aceh, tetapi juga memberikan ruang bagi generasi muda untuk menemukan dan mengekspresikan potensi mereka dalam bidang sastra dan seni bertutur. Dengan beragam program yang mendukung kelestarian hikayat, diharapkan Hikayat Aceh dapat dikenal lebih luas dan tetap relevan di era modern.
Sebagai Bunda Literasi, beliau juga menyoroti pentingnya literasi sebagai alat untuk memperkaya jiwa dan memperkuat ketahanan budaya.
Acara ini juga mendapatkan dukungan dari berbagai tokoh penting Kabupaten Pidie. Hadir dan memberikan apresiasi, Kadis Perpustakaan dan Arsip, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Pidie dan Pidie Jaya.
Heryadi, S. Ag., M. Pd., salah satu tokoh literasi di Pidie, juga menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini. “Menulis adalah sebuah karya yang dapat menginspirasi dan menyentuh hati. Harapannya, kegiatan menulis cerpen sebagai bagian dari literasi ini dapat terus dikembangkan oleh generasi muda,” katanya.
Sementara itu, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Pidie dan Pidie Jaya, Razali, M.Pd sangat mendukung atas keberhasilan penyelenggaraan acara ini. “Ini adalah program yang sebenarnya menjadi prioritas utama kami. Kami sangat terbantu dengan adanya acara ini, dan berharap kegiatan serupa dapat terus digelar di masa mendatang,” ujarnya.
Senada dengan itu, Kadis Arsip dan Perpustakaan Pidie, Turno Junaidi, SKM, MKM, menambahkan, “Pidie jangan sampai darurat literasi. Jika kita mampu menulis, kita akan menjadi generasi yang tidak menghilangkan ilmu di muka bumi. Literasi juga merupakan kunci menuju kesejahteraan.”
Dengan adanya acara ini, masyarakat Pidie dan Aceh pada umumnya diharapkan bisa semakin bangga dengan kekayaan budayanya dan terus berkontribusi dalam menjaga warisan budaya yang sangat berharga ini, pungkas Turno Junaidi@Wk#